Lanjutan

Saat aku banyak mendekatkan diri kepada penciptaku, hati menjadi lebih tenang, perasaan takut yang selalu menghantui tidak semerta-merta hilang, namun aku menyadari, sebagai makhluk yang lebih mulia, aku dapat mengalahkan mereka atas izin Allah.

Setelah usia remaja, orangtuaku paham bahwa pendidikan agama di jaman era komunikasi makin maju, tayangan televisi bukan hanya TVRI yang berisi channel pendidikan, namun TV komersial sudah mulai bermunculan, menawarkan romantisme anak muda, gaya hidup modern yang sama dengan ke barat-baratan, mereka memperketat pendidikan agama bagi keluarga kami.

Adalah ust Sholeh, yang mengajar bacaan Qur'an, tajwid beserta siraman rohani untuk aku dan keluargaku, tak terkecuali bapak dan ibu ikut serta. Ust yang hampir mirip dengan kebanyakan ust lain jaman dahulu, bertubuh kurus, lusuh, tinggi namun memiliki kharisma, adalah ust lulusan Sarjana dalam negeri jurusan pendidikan agama. Namun beliau tidak mengajar di sekolah formal, hanya mengisi kajian privat, juga memiliki usaha toko kelontong dan air isi ulang.

Ust Sholeh datang untuk mengajar di rumah kami setiap malam Minggu dan malam Senin, bapak sengaja mengambil hari itu agar tidak dipakai anak-anaknya untuk malam mingguan di luar rumah. Kebiasaan yang menjengkelkan pada awalnya, namun kini setelah dewasa aku bersyukur memiliki orang tua yang peduli akan pendidikan akhirat untuk mereka juga buah hati mereka.

Di suatu malam Minggu, seperti biasa kami duduk melingkar di ruang tamu dengan luas yang cukup. Ibu mempersiapkan kue dan kudapan di belakang ruangan, untuk disajikan setelah selesai kajian. Kami duduk lesehan dengan tikar seadanya, sofa diletakkan di teras rumah agar ruangan cukup untuk kami sekeluarga beserta ust. Saat pertengahan kajian, tiba-tiba ada yang memanggil namaku dari luar
"Desi..! "

bersambung
#30DWCjilid13 #Squad4 #Day21

Komentar