Kuat Karsa Pastilah Bisa!

Kuat Karsa Pastilah Bisa!

Sebagai orang tua, kita pasti mengharapkan anak kita berprestasi dalam pencapaian akademik. Walau tidak dipungkiri bahwa prestasi akademik bukanlah barometer kecerdasan anak, paling tidak kita akan merasa aman apabila anak kita dapat mengikuti pembelajaran di sekolah, bukan begitu?

Sebagai seorang pendidik, saya banyak menemukan kasus siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan setelah saya amati, masalah mereka ada pada daya nalar. Mereka sulit memahami bacaan, hingga memiliki kesukaran memahami soal, juga memiliki kesulitan dalam menuangkan gagasan secara tertulis. Hal ini amat meresahkan dan membuat banyak orang tua bersedih hati.

Melihat banyak kegalauan, hati saya terketuk untuk melakukan trial error, yang saya ujikan ke beberapa anak yang memiliki kesulitan belajar seperti yang saya ungkap di atas. Dan percobaan pertama yang saya lakukan adalah meningkatkan daya nalar mereka dengan membaca, dan betul saja, seluruh anak yang memiliki kesulitan tersebut adalah anak-anak yang tidak suka membaca, tidak lancar dalam membaca, tidak banyak memahami kosakata dan kesulitan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Maka saya mencoba membuat buku panduan untuk para orangtua agar mendampingi buah hati mereka dalam membaca yang mencerdaskan.

Mengapa mencerdaskan? Karena bukan sekedar membaca, tetapi kita sebagai stimulus bagi kecerdasan mereka, mendampingi dengan kasih, memberi penghargaan, memberi sentuhan, insyaa Allah kecerdasan mereka akan meningkatkan mulai dari satu anak tangga, ke tingkat anak tangga yang lain.

Mengapa harus orang tua? Karena guru terbaik bagi mereka yang butuh perhatian lebih adalah dari orang tua sendiri, anak-anak yang memiliki kesulitan belajar, sebagian besar adalah anak yang tidak merasa dirinya penting atau berharga, maka bila orang tua yang memberi stimulus kepercayaan lewat kasih sayang, maka mereka akan mempercayai diri sendiri.

Lalu bagaimana caranya? Saya akan uraikan hingga ke teknis pembelajaran. Namun wahai orang tua, siapkan diri anda terlebih dahulu. Orang tua yang hebat, akan menciptakan generasi yang lebih hebat dari diri mereka sendiri. Siap? ini yang harus anda persiapkan!

1. Memiliki waktu
Sediakan waktu paling tidak 30 menit untuk menemani mereka membaca. Untuk masa depan buah hati anda, buang semua kesibukan dalam hanya 30 menit. Jika anda memiliki anak yang banyak, pilih beberapa anak yang memiliki kebutuhan yang sama akan peningkatan nalar mereka. 
2. Bersabar 
Adalah bersedia untuk tidak mengeluarkan kalimat negatif yang menurunkan harga diri mereka. Bersabar juga untuk mentatih kesulitan mereka dalam membaca, betulkan jika ada kalimat yang salah ucap. 
3. Sentuh hatinya
Membelai, menatap mata mereka, jangan lupa untuk mengobral senyum dan berkata dengan lembut, lalu akhiri dengan pelukan dan kecupan. 
4. Memberi apresiasi 
Jangan pelit untuk memuji anak anda, sekalipun mereka belum mencapai hasil yang anda inginkan. Kepercayaan diri anak akan muncul dengan pujian yang membangun. Katakan anda bangga memiliki anak seperti mereka.

Setelah anda siap sebagai pendidik, maka teknis pembelajarannya adalah, temani buah hati membaca cerita di bawah ini:

Siang hari itu matahari tidak begitu terik, sinarnya menghangatkan bumi. Taman bunga di SD Ceria tersenyum berseri menyebar aroma semerbaknya. Siswa-Siswi bergembira  bersuka cita menyambut cerahnya hari.

Namun berbeda dengan Ahmad, ia masih duduk sendiri memainkan kursi sekolah kedepan dan kebelakang memainkan irama kepalanya yang kusut. Si wajah bulat, dan kulit sawo matang itu ditekuk. Ia tidak dipedulikan oleh temannya. Bukan karena temannya tidak ingin mengajaknya bermain, tetapi Ahmad yang tidak pernah mau untuk diajak, dan ia takut untuk mulai berbicara dengan teman-temannya.

"Ahmad, bukan begitu cara menulisnya, seperti ini!." Rio menunjukkan cara menulis tulisan yang ada di papan tulis dengan geram. Matanya membulat, kontras dengan wajahnya yang tirus. Volume suara ia besarkan menunjukkan kekesalannya.

"Kamu itu sudah kelas 2 SD, masa menulis saja masih belum bisa!, malu dong atau lebih baik kamu pindah lagi saja sana ke kelas 1!" Rio sebetulnya bukan anak yang nakal, ia hanya kesal dengan Ahmad yang selalu salah dalam menulis atau menjawab soal tertulis, ia tergolong anak yang peduli untuk mengajari Ahmad, namun hingga saat ini usahanya sia-sia. Hal itu pula yang membuat Ahmad mengasingkan diri, dan kesal dengan dirinya.
                      
Di rumah, ibu memandang anak semata wayangnya dengan iba, karena ibu paham dimana letak kesedihan Ahmad. Merasa ada yang salah pada diri anaknya, ibu menanyakan perihal anak kesayangannya pada guru di kelas. Ahmad diprediksi memiliki gangguan disleksia, yaitu gangguan  dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ahmad kesulitan belajar membaca dengan lancar, juga menyusun kata dengan baik terlebih lagi dalam menjawab pertanyaan uraian.

Ibu tidak berkecil hati, Ahmad mulai didampingi dalam belajar. Ibu membacakan tulisan, mencontohkan bagaimana cara menulisnya, hingga cara pengucapannya. Ahmad belajar dengan serius. Ia ingin dapat membaca dan menulis seperti teman-temannya yang lain. Saat ibu tidak ada, Ahmad belajar sendiri tanpa kenal lelah.

Ahmad memang tidak memenangkan prestasi di kelasnya, namun Ahmad akhirnya bisa lancar membaca dan menulis. Ahmad bangga akan dirinya sendiri. Kini ia berani bermain dengan teman-temannya yang lain. Ia memiliki Karsa yang kuat, seperti kata ibu: "Setiap Karsa yang bulat, pasti bisa mendatangkan hasil yang terbaik." Ibu juga mencontohkan beberapa orang sukses yang ternyata penderita disleksia seperti Albert Einstein dan Thomas Alva Edison.

Quote: Dengan membaca kau tak kan pernah tersesat, karena telah menemukan kata, dan orang pertama yang mengenalkannya adalah orang tua. 

Komentar