Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Mengenal mu dan menghancurkan oart 1

Teman, percayakah kamu dengan keberadaan jin? bahasa tenarnya setan, jurig, pocong dsb? bukan cuma artis, jurig atau lelembut diatas ikut eksis karena penduduk Indonesia yang parno dengan hal-hal mistis, parahnya lagi karna dianggap tidak sejenis, dan notabene dibuat dari api, doski dianggap memiliki kekuatan, yang sebagian masyarakat kita memuja dan meminta pertolongan pada jin kafir, kenapa kafir? Karna jin juga memiliki beberapa golongan, dan jin muslim tidak akan mengganggu, hanya jin kafir yang berjanji dari zaman old untuk membawa manusia ikut masuk bersamanya ke neraka.                               **** Pada malam yang basah, udara yang menggigit, aku ingin berbagi pengalaman yang berhubungan dengan keyakinan tentang keberadaannya. Pengalaman tidak masuk akal bagi sebagian orang, mencekam, mencekik hingga sulit bagiku untuk bernafas, tapi sarat sekali ibroh untuk direnungi dan dipahami. Bahwa tidak ada kebohongan dalam Al Qur'an dan sunatullah mengenai diciptakannya jin

BERMAIN DENGAN WAKTU

Bermain dengan waktu amatlah indah.. Buaian manja menggulung mata untuk mengamati hari tanpa henti, ikuti hasrat biar habis hari ini toh besok terulang lagi. Bermain dengan waktu amatlah asyik.. kali ini ikuti tangan dan kaki meraih gejolak impian cita-cita. Sinergi yang apik untuk hari ini untuk ku, hingga anak cucu. Biar dirajut sekarang untuk masa depan yang gemilang. Bermain dengan waktu begitu syahdu.. Bisakah kau ikut mendengar? lantunan irama itu penghilang gundah. Karena hidup tidaklah mudah. Biarkan aku dibawa kemana lagu dengan romantisme gelora asmara menggebu. Bermain bersama waktu, namun kami tidak bersahabat... Lihatlah ia mengadu kepada Rab-ku, tentang bagaimana kami bersama. Kini aku menangis mengadu, meminta waktu kembali bersamanya. Bermain bersama waktu yang tidak menghianatiku , namun aku membunuhnya. Kami bermain bersama dengan egoku yang tanpa ilmu. Kini sahabatku nestapa, dipenghujung hari yang tanpa akhir, lubang yang tak berdasar. Membayangkan waktu, d

Tanpa Lentera

Pernahkah kau dengar bocah jauh yang mengaduh menodong tangan? bukan, bukan uang sayang . haus.. ingusan masih dahaga ia tersingkir, bukan diusir hanya tak tersentuh . memandang risau jendela tak berkaca gubuk, ia masih di sana buta buku terlebih media . siapa siapa menolong bocah jauh tak tersentuh bohong siapa bohong bocah ingusan ribuan berkawan semua buntu, tak terbantu . tak punya mimpi takut berangan hidupnya bergantung keramahan alam tatap-tatap jauh tak bersauh begitu saja tanpa mengaduh . Pemegang pena cuma punya simpati enggan berteman kawanan perih sudah enak bertemu dermaga enggan melaut bertemu bahaya . Tinggal bocah-bocah ingusan jauh tertinggal polesan melambai ia tanpa senyum tanpa tanya gelap tanpa cahaya #30DWC #30DWCjilid13 #Squad4 #Day5

Ponggah

Ponggah Banyak jiwa bercermin tapi enggan berkaca melangit raga, tunjukan angkuh tak puas hati, melempar suluh Kobarkan bara api  hingga abukan rangka mulut berbuih, banyak bicara mirisnya tak tau makna . Kosong jiwa-jiwa yang tak bertuan larimu serampang sembarangan mengaku semesta pada dunia perilaku kerdil rakus kuasa . terseok otak yang bengkok tak pernah berguru merasa banyak tahu diberi lentera ditepis pula . selama hidup menggila nyawa manusia tiada harga tak peduli sesama tudingkan pelatuk pada kepala sesiapa keji kau lebih baik mati . usia lapuk kau membusuk diingat hina tiada rupa duhai nyawa, begitu kiranya gila dipuja lupa sesama bawalah cermin banyak berkaca kau dan kita apalah bedanya?

Melupakan

Benih cinta untuk Andre ku kubur, bukan karena aku benci sapa dan rayunya. Tatapan sayu yang dalam menancap jauh ke hati. Bayang elok wajahnya selalu melenakan. Andre selalu menunjukkan simpatinya padaku. "Des, dapet salam noh dari Andre." ujar kakak pulang sekolah. Wajahnya terlihat tidak suka menatapku sekilas. Wajahnya menekuk, tas ia lempar begitu saja ke bangku tua yang setia menampung beban tuannya. Kakak tidak suka Andre, anak nakal bagi kakak, ia suka mabuk di usianya yang masih SD. Walau memang pintar dan tampan. Banyak wanita yang mengidolakannya. Karena aku mengidolakan kakak lebih dari Andre, maka aku percaya tiap perkataannya. Sebenarnya bukan hanya karena propaganda kakak yang tiap hari ada saja keburukan Andre yang disampaikan. Hanya cukup lelah untuk menyulam rindu dan kembali disapa, lalu dengan mengejutkan itu menjadi nyata. Aku ingin melupakan Andre agar bebas dari kemampuan mistis yang akan mendukung kami bisa segera berjumpa. Melupakan, aku harap dapa

Lanjutan

Berada di Bekasi untuk waktu yang lama, bertambahnya usia bertemu teman baru, dan mengenal suka pada seseorang, akhirnya dapat mengatasi kejenuhan dan kesedihan berpisah dengan teman-teman Jakarta. Ada satu laki-laki yang ku ingat, dia teman kakakku. Sepertinya teman pertama kakak di sekolah baru. Kakakku adalah pria yang paling pandai di kelasnya. Selalu begitu dari dulu, membawa piala peringkat 1 bukan hanya di kelas, tapi juga paralel. Anak laki-laki bertubuh kecil kurus, namun memiliki volume otak yang besar mungkin, karena dalam memutuskan masalah dia selalu dewasa dan jenius. Kakak juga bukan anak yang sombong, ia mau mengajari temannya yang kesulitan dalam pelajaran. Aku menaruh simpati pada Andre, teman kakak yang bertubuh putih tinggi, hidung yang terpahat baik, mata sendu, rambut dibuat mirip tokoh idola pada saat itu dan berpakaian modis. Menurut cerita kakak, Andre juga pintar, itu sebabnya ia suka berdekatan dengan kakakku. Andre mungkin juga menaruh simpati yang sama,

Lanjutan

Lanjutan Tinggal di Jakarta hanya untuk 7 tahun. Setelah itu bapak mengajak kami untuk pindah ke rumah yang lebih baik, rumah kami sendiri. Itu artinya aku harus meninggalkan teman-teman yang sudah seperti keluarga. Saat itu aku berada dalam masa yang suram. Sedih yang berkepanjangan, juga takut menghadapi situasi di tempat dan sekolah baru. Namun hal yang membuatku bergidik adalah kejadian itu sudah tergambar jelas di suatu mimpi.Aku hanya seperti mengalami dejavu. ***** Bekasi, daerah yang menurutku gersang. Padahal masih tetangga Ibu Kota, namun bangunan sekolahnya berbeda jauh dari segi infrastruktur dan fasilitas untuk aku sebagai anak pinggiran Jakarta. Anak-anak seusiaku memiliki warna kulit lebih gelap, karena debu tebal menempel di tubuh-tubuh mereka. Bahasa yang menurutku norak, ihh aku amat tidak suka. Apalagi anak laki-laki di perumahanku,usil dan nakal bukan main. Tiap hari aku harus bertengkar atau kena usil kelakuan mereka yang menjengkelkan. Rumah yang kami tempati

Mengenalmu dan Menghancurkan

Lanjutan Beberapa tahun kemudian.. Bapak menyelesaikan studinya di Bandung dan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Aku, Kakak dan Ibu mengikuti Bapak dan meninggalkan Kakung dan mba Putri. Jakarta saat itu sudah menjadi kota yang tidak pernah tidur. Gedung-gedung pencakar langit sudah pula berdiri di sana. Hiruk pikuk kesibukan dan segala kenikmatan dunia pastilah ada. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi kami yang hanya terdaftar sebagai orang pinggiran. Tinggal di kontrakan padat penduduk dengan rumah tumpuk menumpuk. Perumahan kami bila dipandang dari atas pastilah hanya tumpukan seng kumuh. Tidak ada pelataran yang luas dan nyanyian bambu yang menarikku untuk selalu datang kesana. Tidak ada bisikan yang kupikir hanya halusinasi anak balita dengan imaginasi yang luar biasa.  Walau terdaftar sebagai rakyat pinggiran, namun kenangan di tempat itu pun tak kalah manis. Bolang di tengah kota, itu adalah aku dan teman-teman. Kami akan menghabiskan hari dengan