Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

My first 30 DWC

Luar biasa, speechless.. Kenapa? nano nano banget... banyak kejutan! 30DWC dimulai di hari pertama bulan puasa, dimana semangat beribadah di bulan ini lagi hangat-hangatnya, lalu saya yang sering merasa tertantang, memberanikan diri untuk menjadi leader, itu artinya pekerjaan nambah, dan lagi day first sampai day seven itu hari sibuk-sibuknya saya sebagai guru dalam mengolah nilai dan mengisi rapot, jadi gimana kerepotannya? simak urutannya ya, supaya agar kamu ikutan di program ini atau semisalnya, kamu bisa ambil hikmah dari perjalanan saya 😍 Day 1 sampai day 7 Lagi sibuk-sibuknya dengan pekerjaan sekolah, ditambah harus urus pekerjaan rumah dan pikir masakan untuk hidangan puasa keluarga. Akhirnya tulisan yang saya posting untuk 30 DWC adalah tulisan singkat seperti puisi. Day 8 sampai day 14 Kesibukan sudah mulai berkurang, atas pencerahan dari kak Rezky @pasionwriter saya berfikir harus menulis fokus, ide untuk menulis sebuah cerita yang mencerahkan dibumbui alur fiksi nam

Lepas Ramadhan

30 hari dalam usaha perbaikan diri 30 hari menaklukkan nafsu 30 hari menikmati ibadah menghambaMu Dalam 30 aku hanyut dan ku biarkan aku menghindari keakuan ku Lapar, dahaga bukan hal utama, tapi tentang nafsu tanpa batas yang harus aku belenggu. Rutinitas mencari sela pahala dihari penuh fatamorgana, mana yang ku pilih surga atau neraka? Hari 30 sebagai penanda, kasih sayang Sang Pencipta, bagaimana aku menyikapinya? Ramadhan.. bulan kebaikan, bulan utama dari semua, bulan di turunkan Al Qur'an, apabila berlalu, bagaimana harusnya aku? Ramadhan 30 hari datang mu, namun bagaimana bisa cepat berlalu? Bukankah engkau juga merasa, betapa banyak waktu terbuang sia-sia! Ramadhan mengajarkan usaha sakit? mungkin... berat? bisa... Namun bukankah dunia adalah penjara bagi hambaNya yang beriman? Lalu bagaimana aku memenjarakan ibadahku dalam bulan Mu? Ramadhan jikalau kau meninggalkanku izinkan tiap ibadah ditrima aku merayu, rayulah Tuhanku izinkan aku bertemu dan yan

Cipta Anak

Setelah melampaui tahapan karya, yaitu kemampuan anak dapat menuangkan gagasan pada secarik kertas, keterampilan selanjutnya yang diharapkan ada pada diri anak adalah cipta . Buah hati dapat membuat suatu cerita yang bermakna, tentu saja kita harus membantu mereka membuat kerangka karangan, menentukan tema, dan amanat dalam sebuah cerita. Apabila anak sudah mampu mencipta, maka pada tahapan ini nalar mereka sudah mulai berkembang. Orangtua dapat melanjutkan tahapan dari awal untuk mematangkan nalar mereka. Pada tiap penyelesaian, beri anak apresiasi dengan hadiah pinsil dan sebagainya. Buat evaluasi pembelajaran, mana yang dirasa kurang lalu butuh penguatan. Panduan Mencipta 1 . Menentukan tema Bantu anak menemukan tema yang menarik bagi mereka. Cerita yang diangkat boleh pengalaman yang pernah mereka alami untuk memudahkan cerita. 2. Membuat Kerangka Karangan Buat kerangka isi tiap paragraf yang terdiri dari satu kalimat utama (inti masalah) lalu ajarkan mereka membuat kalimat p

Karya Anak

Tahapan ketiga setelah anak membaca adalah membuat karya atau produk. Karya di sini merupakan feedback dari cerita yang telah mereka baca. Bagaimana mereka memahami bacaan, tahapan ini pula yang menstimulus nalar mereka agar berkembang. Setelah anda menemani juga membantu buah hati membaca, jelaskan pula kosakata yang asing bagi mereka, lalu contohkan kalimat dengan kosakata tersebut, kemudian pancing agar mereka mencontohkan kalimat dengan kosakata yang sama. Ingat Anda hanya menemani dan bertugas sebagai fasilitator! bukan guru yang memberi tugas, terlebih lagi kaku dan menghakimi jika mereka melakukan kesalahan, hindari kalimat negatif, karena itu hanya akan membuat kreativitas dan nalar mereka terhambat. Karya anak: Untuk pertanyaan 1-8 jawaban harus sesuai teks. Bila jawaban anak salah, maka luruskan kesalahpahaman dengan bijak. Seperti: "Wah... pandai, tapi coba dibaca ulang, pada teks jawabannya adalah ... maksud pertanyaannya tadi ... (buat kalimat pertanyaan lebih se

Kuat Karsa Pastilah Bisa!

Kuat Karsa Pastilah Bisa! Sebagai orang tua, kita pasti mengharapkan anak kita berprestasi dalam pencapaian akademik. Walau tidak dipungkiri bahwa prestasi akademik bukanlah barometer kecerdasan anak, paling tidak kita akan merasa aman apabila anak kita dapat mengikuti pembelajaran di sekolah, bukan begitu? Sebagai seorang pendidik, saya banyak menemukan kasus siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan setelah saya amati, masalah mereka ada pada daya nalar. Mereka sulit memahami bacaan, hingga memiliki kesukaran memahami soal, juga memiliki kesulitan dalam menuangkan gagasan secara tertulis. Hal ini amat meresahkan dan membuat banyak orang tua bersedih hati. Melihat banyak kegalauan, hati saya terketuk untuk melakukan  trial error,  yang saya ujikan ke beberapa anak yang memiliki kesulitan belajar seperti yang saya ungkap di atas. Dan percobaan pertama yang saya lakukan adalah meningkatkan daya nalar mereka dengan membaca, dan betul saja, seluruh anak yang

Meningkatkan Kemampuan Nalar Anak dengan Membaca

Sebagai orang tua, kita pasti mengharapkan anak kita berprestasi dalam pencapaian akademik. Walau tidak dipungkiri bahwa prestasi akademik bukanlah barometer kecerdasan anak, paling tidak kita akan merasa aman apabila anak kita dapat mengikuti pembelajaran di sekolah, bukan begitu? Sebagai seorang pendidik, saya banyak menemukan kasus siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan setelah saya amati, masalah mereka ada pada daya nalar. Mereka sulit memahami bacaan, hingga memiliki kesukaran memahami soal, juga memiliki kesulitan dalam menuangkan gagasan secara tertulis. Hal ini amat meresahkan dan membuat banyak orang tua bersedih hati. Melihat banyak kegalauan, hati saya terketuk untuk melakukan trial error, yang saya ujikan ke beberapa anak yang memiliki kesulitan belajar seperti yang saya ungkap di atas. Dan percobaan pertama yang saya lakukan adalah meningkatkan daya nalar mereka dengan membaca, dan betul saja, seluruh anak yang memiliki kesulitan terseb

Menara di Hatiku

Bapak memiliki rambut yang sudah banyak dihinggapi uban, namun wajah dan postur tubuhnya masih memancarkan kharisma, wibawa dan kearifan. Kulitnya kuning, perpaduan bentuk wajahnya pun enak dipandang, wajar jika biarpun sudah memiliki istri dan anak, bapak tetap jadi idola di kantornya. Bapak pernah cerita bahwa teman kerjanya ada yang memberi banyak perhatian atau curhat padanya, namun bapak menolak dan menganjurkan teman wanitanya itu untuk curhat langsung ke ibu. Pernah juga bapak bercerita dengan ekspresi ketakutan namun dibarengi gelak tawa , saat pulang kantor dikejar dan ditempeli waria. "Fitrah laki-laki adalah menyukai segala sesuatu di diri wanita, apalagi wanita di depannya tidak menutup aurat hingga kecantikannya terlihat, fase pertama memegang tangan, itu bagai ada aliran listrik menjalar dalam tubuh, lalu meningkat pada dorongan nafsu yang lain, dilanjuti meraba, lalu mencium, hingga fase pemuas akhir akan menodai kehormatan seorang wanita." Bapak masih serius

Lanjutan

Selesai acara pengajian aku membantu ibu menggulung tikar dan merapihkan bekas-bekas sajian yang sedikit berserakan, bapak dan kakak mengangkat  sofa dari teras kedalam. Pikiranku jalan-jalan ke bioskop tempat Airin dan teman-temannya. Aku juga sempat menatap lelaki sebaya yang tak ku kenal, menurut Airin ia ingin berkenalan denganku. Anak laki-laki bertubuh tinggi, badannya proporsional, memakai jaket navy dan celana jeans belel, kelihatannya anak baik-baik. Tak lama kemudian Ayah memanggil "Des, sini, " ujar Bapak yang sedang menyandarkan badannya di sofa dan melihatku merenung. " Iya pak, sebentar." aku berpura-pura semangat memenuhi panggilannya. "Lagi mikirin temen yang tadi ya?" Wajah bapak tidak terlihat marah, memang selalu begitu, berbicara selalu dengan senyum dan nada yang nyaman. "Kok tau." Jawabku seadanya, selalu mudah untuk berkata jujur pada bapak. "Emang bapak nggak pernah muda? " kini senyumnya lebih melebar. &qu

Lanjutan

"Desi..." Airin temanku di klub karate memanggil. Ayah hanya memberi kode agar aku cepat keluar dan tidak mengganggu jalannya pengajian. Di luar ternyata Airin tidak sendiri, ia bersama Raika dan Imron pacarnya, Bahar pacar Airin dan satu anak laki-laki seumuran kami yang tak ku kenal. "Eh, kenapa Rin? " tanyaku setelah mendekati Airin yang saat itu memakai baju pink cantik selutut dan penutup lengan yang penuh rumbai. " Ada yang mau kenalan sama loe nih, temen SMP gue, sekalian ini kan malem minggu, mau ngajak loe nonton sama makan, tenang aja deh.. kita yang traktir. " Airin yang tinggi semampai berbicara dengan lembut juga gemulai, tangannya memainkan ujung rambutnya, memang ia gadis yang feminin, beda sekali denganku yang agak tomboi dan ceroboh ini. " Hah.. waduuuh, loe kagak bilang jauh hari, gue kalo tiap malem Minggu mah ngaji di rumah, atau ntar dulu yak, gue izin bokap dulu. " Aku yang saat itu sebenarnya gembira diajak malam Mingg

Lanjutan

Saat aku banyak mendekatkan diri kepada penciptaku, hati menjadi lebih tenang, perasaan takut yang selalu menghantui tidak semerta-merta hilang, namun aku menyadari, sebagai makhluk yang lebih mulia, aku dapat mengalahkan mereka atas izin Allah. Setelah usia remaja, orangtuaku paham bahwa pendidikan agama di jaman era komunikasi makin maju, tayangan televisi bukan hanya TVRI yang berisi channel pendidikan, namun TV komersial sudah mulai bermunculan, menawarkan romantisme anak muda, gaya hidup modern yang sama dengan ke barat-baratan, mereka memperketat pendidikan agama bagi keluarga kami. Adalah ust Sholeh, yang mengajar bacaan Qur'an, tajwid beserta siraman rohani untuk aku dan keluargaku, tak terkecuali bapak dan ibu ikut serta. Ust yang hampir mirip dengan kebanyakan ust lain jaman dahulu, bertubuh kurus, lusuh, tinggi namun memiliki kharisma, adalah ust lulusan Sarjana dalam negeri jurusan pendidikan agama. Namun beliau tidak mengajar di sekolah formal, hanya mengisi kajian p

Hasrat untuk berubah

Dari banyak belajar ilmu agama dari ust Subakir dibarengi dengan pembinaan alhlak dari ami Nurkaman dan ami Saad, hatiku terketuk untuk memperbaiki diri secara kepribadian juga spiritual. Sholat yang hanya ku lakukan saat bulan Ramadhan, itupun berjama’ah bersama teman-teman juga sambil bermain, kini lebih ku nikmati dan khusu' dalam berdoa. Di usia remaja aku sudah memiliki pondasi agama yang cukup, dan mengetahui batas haram dan halal, juga memiliki kepribadian. Saat teman yang lain bangga menceritakan sesuatu yang bagi agama kita dosa, aku sebatas mendengar karena menghargain mereka. Suatu ketika, Armad meminta uang padaku untuk memberi sabu, Metamfetamina, disingkat met,  di Indonesia disebut  sebagai sabu-sabu, adalah obat psikostimulansia dan sympathomimetic atau obat pemenang bagi seseorang gangguan hiperaktif, obat ini yang dipakai sebagian teman untuk melarikan diri mereka dari masalah, lalu beberapa teman mengikuti sekedar solidaritas, namun tidak untukku. Hanya aku me

Jiwa Kosong

Jiwa yang kosong adalah yang tidak bertuan, tidak memiliki tujuan, hanya mengikuti hawa nafsu dan keinginan pribadi, lalu di situlah jin dengan nyaman bersemayam, mencari teman untuk bersama-sama menuju kehancuran. Jiwa yang kosong adalah aku masa kanak-kanak, hingga menyenal islam lewat cara yang sederhana dari seorang tukang bubur kacang hijau. Di sana aku diajarkan huruf Qur'an, surat penangkal jin seperti Ayat Kursi, Al Ikhlas, Annas dan Al Falaq dengan tajwid dan arti yang benar. Hingga surat itu bukan sekedar kalimat mantra buta manusia yang mengharap dunia. Setelah belajar Iqro selama 1 tahun, kemahiran aku dan kakak dalam mengaji lebih baik, hingga datang Ustadz baru di masjid megah Al Munawar. Seorang pria muda S1 lulusan Universitas Madinah, bernama Ustadz Subakir. Tubuhnya kecil, berkulit putih bersih, dan terlihat lebih berilmu dibandingkan ami Saad dan Nurkaman, hal ini terlihat dari siraman rohani yang lebih khusus kepada beribadah yaitu cara berwudhu, sholat dan se

Cinta Tak Bersyarat

Sadar bahwa agama adalah pondasi yang baik untuk akhlak seorang anak, bapak dan ibu mencarikan kami tempat mengaji. Kegiatan bermainku lebih berkurang, tapi karena iming-iming tambahan uang jajan, maka aku dan kakak semangat belajar mengaji iqro sekaligus siraman rohani di masjid yang jaraknya lebih jauh dari sekolah. Sebuah masjid yang bagus dan besar bernama Al Munawar . Di samping masjid ada ruangan untuk 2 orang takmir muda, yaitu guru mengaji kami. Saat pagi beliau berdua berdagang kacang hijau keliling dari pagi hingga dagangan habis. Sore harinya mereka mengajar anak-anak usia sekolah dasar mengaji Iqro, selesainya akan ada cerita islami mengenai akhlak yang baik. Ada sekitar 20 anak yang mengaji di sana dengan bayaran bulanan seharga 1 porsi bakso. Uang bayaran mengaji dari siswi seperti kami akan masuk ke kas masjid, bukan ke kantong mereka masing-masing. Namun ami-sebutan yang artinya paman-Saad dan Nurkaman selalu bersemangat mengajar kami semua. Saat bercerita Ami Saad

Cinta bukan Permainan Anak-anak

Fokus melupakan kemampuan meramal dan untuk tidak mencintai dan dicintai karena cinta bukan permainan untuk anak-anak , aku alihkan dengan banyak kegiatan. Berbekal keterampilan "bolang" saat di Jakarta, semua permainan anak aku kuasai. Bermain galaksin, di Bekasi disebut gobak sodor, adalah permainan lari cepat dan strategi agar kita sebagai pelaku menghindar dari gapaian teman yang berjaga berbaris, masing-masing dengan jarak 3 meter. Mungkin karena tubuhku kecil dan kurus, maka dengan mudah aku berlari cepat meliuk menghindari penjaga. Bermain karet , entah mengapa permainan ini juga ku kuasai dengan mudah. Badan ringanku sanggup melompat hingga jengkal tubuh teman yang lebih tinggi, congklak, bekel, kartu remi, semua permainan saat kanak-kanak membuat aku jadi primadona sekaligus teman bermain yang menakutkan bagi mereka, karena bila aku ambil bagian, maka aku tak akan pernah kalah, dan itu artinya mereka akan jaga atau memiliki kesempatan bermain yang lebih sedikit. Sia

Melupakan

*Episode lalu: Desi memutuskan untuk melupakan Andre, sosok yang membawanya memiliki kekuatan meramal masa depan, tentang pertemuan dengannya. Tio kakak Desi juga tidak setuju bila Andre mencoba mendekati adiknya. Andre bukan laki-laki baik, menurut kakaknya. Semakinku berperang melupakan sosoknya, bayang tentang lelaki itu makin mengganggu. Amat sulit bagiku untuk tidak berpapasan dengannya. Andre selalu mengajak kakak untuk berangkat ke sekolah bersama, itu artinya kami akan kembali bertemu. "Tio.. " Ujar Andre sedikit berteriak dari luar pagar bambu yang tingginya hanya sepinggang. Hari itu Andre kembali mengajak kakak untuk berangkat bersama. Sialnya aku sudah di depan pintu rumah bersiap setelah mencium tangan bapak dan ibu. Kakakku memasang wajah tak sukanya melihat kedatangan Andre. "Berangkat duluan aja Dre.. gue masih belom nyiapin pelajaran. Ujar kakak yang hanya melongokkan kepala keluar pintu. Aku tahu, kakak berdusta, karena ia menggerutu. "Nggak