Cinta Tak Bersyarat


Sadar bahwa agama adalah pondasi yang baik untuk akhlak seorang anak, bapak dan ibu mencarikan kami tempat mengaji. Kegiatan bermainku lebih berkurang, tapi karena iming-iming tambahan uang jajan, maka aku dan kakak semangat belajar mengaji iqro sekaligus siraman rohani di masjid yang jaraknya lebih jauh dari sekolah.

Sebuah masjid yang bagus dan besar bernama Al Munawar. Di samping masjid ada ruangan untuk 2 orang takmir muda, yaitu guru mengaji kami. Saat pagi beliau berdua berdagang kacang hijau keliling dari pagi hingga dagangan habis. Sore harinya mereka mengajar anak-anak usia sekolah dasar mengaji Iqro, selesainya akan ada cerita islami mengenai akhlak yang baik.

Ada sekitar 20 anak yang mengaji di sana dengan bayaran bulanan seharga 1 porsi bakso. Uang bayaran mengaji dari siswi seperti kami akan masuk ke kas masjid, bukan ke kantong mereka masing-masing. Namun ami-sebutan yang artinya paman-Saad dan Nurkaman selalu bersemangat mengajar kami semua.

Saat bercerita Ami Saad yang berlogat sunda, bertubuh tinggi dan kurus, akan mengeluarkan semua emotikon wajahnya, ia tidak sungkan membungkukan badan, memiringkan bibir, melotot, bahkan membiarkan kami menertawakan beliau jika memang ceritanya itu lucu. Ami Nurkaman tidak jauh berbeda menariknya, tubuh Ami juga tinggi, namun badannya lebih berisi walau tidak bisa dibilang tambun, kulitnya hitam. Mereka berdua adalah teman pondok saat di Madrasah Aliyah. Merantau ke Bekasi, namun nasib membawa mereka menjadi penjual bubur kacang hijau. Mereka berdua adalah sosok penyayang, namun tegas saat mengajar Iqro bila ada bacaan kami yang salah.

Cinta tak bersyarat, adalah yang ku temui pada sosok mereka, pahala yang mengalir katanya, hanya meminta do'a agar keberkahan dunia dan akhirat mereka dapatkan. Berlandaskan cinta tak bersyarat pula pada Rab, maka mereka percaya apa yang mereka upayakan tidaklah sia-sia.

#30DWCjilid13 #Squad4 #Day18

Komentar