Jiwa Kosong

Jiwa yang kosong adalah yang tidak bertuan, tidak memiliki tujuan, hanya mengikuti hawa nafsu dan keinginan pribadi, lalu di situlah jin dengan nyaman bersemayam, mencari teman untuk bersama-sama menuju kehancuran.

Jiwa yang kosong adalah aku masa kanak-kanak, hingga menyenal islam lewat cara yang sederhana dari seorang tukang bubur kacang hijau. Di sana aku diajarkan huruf Qur'an, surat penangkal jin seperti Ayat Kursi, Al Ikhlas, Annas dan Al Falaq dengan tajwid dan arti yang benar. Hingga surat itu bukan sekedar kalimat mantra buta manusia yang mengharap dunia.

Setelah belajar Iqro selama 1 tahun, kemahiran aku dan kakak dalam mengaji lebih baik, hingga datang Ustadz baru di masjid megah Al Munawar. Seorang pria muda S1 lulusan Universitas Madinah, bernama Ustadz Subakir. Tubuhnya kecil, berkulit putih bersih, dan terlihat lebih berilmu dibandingkan ami Saad dan Nurkaman, hal ini terlihat dari siraman rohani yang lebih khusus kepada beribadah yaitu cara berwudhu, sholat dan sebagainya, saat menjelaskan tak lupa banyak ayat Qur'an maupun hadist sebagai lampiran. Mereka menyambut kedatangan Ustadz Subakir, tanpa merasa tersingkir, berbagi ruang inap gratis yang disediakan untuk takmir masjid.

Melalui Ustadz Subakir, jiwa kosongku mulai terisi rasa cinta kepada pencipta, aku yang masih duduk di kelas 5 SD akan mendengarkan dengan penuh seksama setiap tausiah-pelajaran yang diberikan Ustadz, tanpa peduli lalat mengerubungi kaki dekil yang banyak koreng karena sering terjatuh saat bermain. Lalu aku hayati dan coba praktekan hal yang aku bisa. Aku selalu haus untuk bisa menghadiri hari mengaji, dan saat itu, kemampuanku meramal kejadian yang akan terjadi hilang sama sekali.

bersambung..
#30DWCjilid13 #Squad4 #Day19

Komentar